Sejarah Singkat SMA Kristen Harapan

 

Nama  Widhya Pura dipetik dari Kitab Suci Agama Hindu yang bermakna tempat ilmu pengetahuan. Widhya Pura digoreskan oleh A.A. Pandji Tisna, seorang pujangga besar Pulau Dewata, tepatnya kelahiran Singaraja. Yayasan Kristen Maranatha pada tanggal 2 September tahun 1964 di Untal-Untal mendirikan sekolah dengan nama SMA Kristen Widhya Pura.

Tujuan utama didirikannya sekolah SMA Kristen Widhya Pura untuk melaksanakan pengabdian tugas Gereja dalam bidang pendidikan. Melalui pendidikan tentunya akan memperluas pengetahuan dengan landasan tulus kasih dalam mendidik,  cita-cita pun akan diraih.

Awal berdiri SMA Kristen Widhya Pura hanya memiliki 3 orang guru tetap. Ruangan kelas pun secara bergantian dengan SMPK 2 Widhya Pura Untal-untal. Alhasil peminatnya pun hanya sedikit. Kurangnya peminat karena SMA Kristen Widhya Pura merupakan sekolah baru yang berada didesa. Disamping itu, kondisi SMA Kristen Widhya Pura boleh dikatakan sangat sederhana, dindingnya terbuat dari gedeg dan beralaskan tanah. Yang perlu dipahami SMA Kristen Widyha Pura itu merupakan hasil pengelolaaan sebuah Gereja.

 

Awal mulainya pendidikan di SMA Kristen Widhya Pura tahun pelajaran 1964-1965 oleh Yayasan Kristen Maranatha mengangkat Bapak Ketut Percaya, BA menjadi Kepala Sekolah yang pertama. Sehubungan dengan Beliau memutuskan untuk menambah wawasan pendidikan studi S1 di Universitas Satya Wacana Salatiga, maka dilanjutkan oleh Bapak Drs. Wayan Sukertha.

 

Bapak Drs. Wayan Sukertha, melanjutkan menjadi kepala sekolah periode 1965-1974. Kepemimpinannya pun tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Berbagai suka dan duka telah dialami oleh Beliau. Sukanya adalah beliau dapat mengabdikan diri kepada Gereja dengan menjadi guru/Kepsek. Sedangkan dukanya adalah pada saat itu tidak ada gaji, dan gaji tidak sesuai dengan PGPN (sama dengan negeri, tapi tidak bisa dibayar oleh gereja). Sehingga gaji saat itu berupa singkong, ketela, keladi, jagung dan sembako. Kondisi ini tidak membuat Bapak Drs. Wayan Sukertha menjadi pesimis. Namun berkat motivasi pengabdiannya di bidang pendidikan mulailah ada peningkatan jumlah peserta didik. Walaupun demikian pendidikan tetap berjalan untuk menanamkan image yang positif di masyarakat. Kasih yang ditabur untuk anak didik tentunya menuai pendidikan yang berkarakter disiplin. Alhasil, tanpa diduga sejak  tahun 1969 ada perubahan besar, jumlah murid meningkat (90-140 orang) diiringi dengan penambahan beberapa guru honorer.

Pada tahun 1974 SMAK Widhya Pura dipindahkan ke Jalan Raya Sesetan  Denpasar. Adapun alasannya adalah :

1. Jumlah murid di Untal-Untal tidak bisa berkembang.

2. Tanah untuk membangun gedung tidak ada di Untal-Untal.

3. Gedung di Untal-Untal adalah milik Gereja.

4. Susah mencari tenaga kerja di desa.

Dengan dipindahkannya ke Jalan Raya Sesetan, jumlah murid semakin banyak dan tenaga pengajar lebih mudah dicari.

Pendirian SMA Kristen Widhya Pura ini tidak terlepas dari beberapa bantuan dan sumbangan, yang tidak hanya datang dari dalam negeri tetapi  dari luar negeri ( Jerman, Amerika) melalui Gereja Bali. Sehubungan dengan periode kepemimpinannya telah berakhir maka dilanjutkan oleh Bapak Made Sujaya, BA.

Bapak Made Sujaya, BA memimpin SMAK Widhya Pura Tahun 1974-1976. Dalam pengabdian beliau juga tidak lepas dari suka dan duka. Sukanya adalah beliau dapat mengabdikan diri sesuai dengan panggilan Gereja. Dukanya adalah gaji para guru masih sangat kecil. Walaupun gaji masih sangat kecil semangat mengembangkan pendidikan tidaklah memudar. Beliau tetap sangat bersyukur agar Widhya Pura dapat berkembang sesuai harapannya. Pada masa periodenya berakhir, digantikan oleh Bapak Made Paul Sujana, BA.

Bapak Made Paul Sujana, BA memimpin SMA Kristen Widhya Pura Tahun 1976 – 1981. Pada masa periode berakhir, maka kepemimpinan diserah terimakan kepada Drs. Med. Ketut Sukarya.

Drs. Med Ketut Sukarya menjabat sebagai kepala Sekolah, SMA Kristen Widhya Pura periode 1982-1994. Pada periode inilah terukir sejarah bahwa SMAK Widhya Pura terkreditasi "A". Artinya SMA Kristen Widhya Pura mempunyai kualitas yang sama dengan SMA Negeri di Bali.

Prestasi demi prestasipun diraih oleh peserta didik SMA Kristen Widhya Pura. Prioritas prestasi terlihat pada bidang olah raga volly. Prestasi ini lah yang menghantarkan nama SMA Kristen Widhya Pura terkenal seantero jagat Bali dan tingkat Nasional. Kegigihan dalam memimpin SMAK Widhya Pura sangat terkenal dengan slogan "Elite Parlente."  Salah satu penerapan yang menjadi unggulan adalah sikap disiplin para tenaga pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik.  Peraturan tidaklah sekedar goresan diatas kertas putih, melainkan peraturan itu benar-benar diterapkan sebagai peraturan sekolah.

Prestasi-prestasi yang gemilang dan ide-ide yang cemerlang menghantarkan Bapak Drs. Med. Ketut Sukarya menjabat sebagai sekretaris Yayasan, yang sekaligus sebagai Sekretaris Bidang Pendidikan GKPB dengan membawahi beberapa unit sekolah.  Dengan demikian kepemimpinan dipercayakan kepada Bapak Made Putra Yasa, BA

Bapak Made Putra Yasa, BA menjabat sebagai kepala Sekolah, SMA Kristen Widhya Pura periode 1994-1997. Pada masa periode berakhir, maka kepemimpinan diserah terimakan kepada Ibu Dra. Ni Ketut Tob Adonia, M.Pd.

Ibu Dra. Ni Ketut Tob Adonia, M.Pd. menjabat sebagai Kepala Sekolah periode 1997-2005. Selama pengabdian beliau, disiplin tetap diterapkan, mengusung Visi & Misi : Menjadi sekolah yang Bermutu, Unggul, Favorit.

Pada tahun 2000 SMA Kristen Widhya Pura berganti nama menjadi SMA Kristen Harapan, karena diminta oleh pemerintah dan masyarakat dengan alasan Widhya Pura merupakan istilah dalam Agama Hindu.

Nama “Harapan” diambil dari salah satu ayat Alkitab yaitu “Pengharapan” yang artinya berharap pada kasih Tuhan Yesus Kristus. Perkembangan dari SMA Kristen Harapan ini diharapkan dapat berkembang dengan baik yang didasarkan pada Kasih dan Kedisiplinan. Emansipasi wanita, semakin merebak dalam kepemimpinan SMA Kristen Harapan. Sentuhan kasih seorang Ibu pimpinan menghantarkan gema yang dikagumi di masyarakat. Image SMA Kristen Harapan, semakin bergema kedisiplinannya. Prestasi-prestasi siswa pun menghias dengan piala-piala yang mengharumkan nama sekolah. Ini terbukti Tahun 2004 SMA Kristen Harapan terakreditasi “A”.

Kepemimpinan  Ibu Dra. Ketut Tob Adonia, M.Pd. sudah menjabat selama  dua periode berturut-turut  dari tahun 1997 s.d tahun 2005 kemudian  tahun 2006 – tahun 2010 kepala sekolah digantikan oleh Bapak I Nyoman Rubin, S.Pd

Kepemimpinan Bapak Nyoman Rubin, menjaga prestise sekolah. Hal ini terlihat pada akreditasi sekolah Tahun 2009, SMA Kristen Harapan terakreditasi “A”. Tahun 2010 Bapak Nyoman Rubin menjalani masa pensiun dan kepala sekolah digantikan oleh Bapak Drs. I Made Rai Elieser, M.Pd.

Bapak Drs. I Made Rai Elieser, M.Pd.,  menjabat sebagai kepala sekolah periode  2010-2018. Akreditasi “A” tetap dipertahankan dan nama SMA Kristen Harapan semakin menggema di tengah-tengah masyarakat, sebagai salah satu sekolah unggulan di Kota Denpasar. SMA Kristen Harapan bukan hanya sekedar menjadi pilihan kedua atau pilihan ketiga, namun sebagai pilihan pertama bagi lulusan SMP. Berbagai prestasi dari berbagai bidang baik dari tingkat kota, provinsi, nasional, bahkan internasional diraih sebagai pembuktian kualitasnya.
Pada tahun 2017 dimana terdapat penggantian moda Ujian Nasional yang awalnya berbasis kertas diganti dengan berbasis komputer yang dikenal dengan UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer), SMA Kristen Harapan juga mampu melaksanakannya dengan sangat baik.
Setelah melewati masa kepemimpinan 2 periode (8 tahun), Bapak Drs. I Made Rai Elieser, M.Pd. mengakhiri masa jabatannya dengan baik dan digantikan oleh Bapak Drs. I Gusti Putu Karibawa, M.Pd.

Bapak Drs. I Gusti Putu Karibawa, M.Pd., menjabat sebagai kepala sekolah periode 2018-2026.
Pada masa kepemimpinannya, terjadi berbagai perubahan, namun nama SMA Kristen Harapan tetap eksis di tengah-tengah masyarakat dan tetap menjadi salah satu sekolah swasta unggulan di Kota Denpasar. Di awal tahun 2020, Indonesia dan hampir semua negara di berbagai belahan dunia mengalami pandemi Covid yang diawali sejak tahun 2019 (Pandemi Covid-19). Penyakit menular dan mematikan ini membawa dampak di berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan. Sekolah yang awalnya diumumkan libur selama 2 minggu, namun akhirnya diperpanjang sampai dengan masa Pandemi Covid berakhir.
Namun pendidikan musti tetap berjalan, pemerintah mengeluarkan regulasi sekolah berbasis online (daring), dan SMA Kristen Harapan juga menerapkannya. Kondisi ini tidak bisa dihindarkan, sementara pendidikan anak bangsa musti terus berlanjut, memaksa semua komponen SMA Kristen Harapan untuk berbenah agar tetap dapat menghadirkan pendidikan berkualitas. Dengan menjalankan Kurikulum Darurat 2020, SMA Kristen Harapan tetap menghadirkan pendidikan terbaik bagi seluruh peserta didik, dengan menggunakan berbagai platform online serta LMS Google Classroom.
Pada tahun 2021, UNBK dihapuskan dan digantikan dengan ANBK (Asesmen Nasional Berbasis Komputer). Berbeda dengan UNBK yang diikuti oleh seluruh siswa kelas XII, ANBK diikuti oleh siswa sample kelas XI yang pengacakannya langsung dari pusat. SMA Kristen Harapan juga ikut serta melaksanakan ANBK ini dengan protokol Covid-19.
Seiring dengan meredanya Pandemi Covid-19 dan terdapat regulasi pemerintah untuk melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas, maka di akhir Tahun Pelajaran 2021, SMA Kristen Harapan mempersiapkan PTMT, sehingga para murid dapat kembali ke sekolah meskipun secara bergiliran. Kondisi ini berlangsung hingga awal Tahun Pelajaran 2022.
Seiring dengan pemulihan pembelajaran akibat loss learning karena Pandemi Covid-19, pemerintah mengeluarkan regulasi Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran yang kemudian dikenal dengan Kurikulum Merdeka yang selanjutnya ditetapkan sebagai Kurikulum Nasional pada tahun 2024. SMA Kristen Harapan Denpasar secara mandiri mengambil bagian dengan menjalankan Kurikulum Merdeka dengan pilihan Mandiri Berubah sejak Tahun Pelajaran 2022/2023. Dengan demikian di Tahun Pelajaran 2022/2023, SMA Kristen Harapan menerapkan 2 kurikulum sekaligus, Kurikulum Merdeka bagi siswa kelas X serta K-13 bagi siswa kelas XI dan XII, sampai kemudian di Tahun Pelajaran 2024/2025 dapat melaksanakan Kurikulum Merdeka yang telah menjadi Kurikulum Nasional secara keseluruhan.
Di akhir Tahun Pelajaran 2023, dengan melihat adanya berbagai perubahan dalam bidang pendidikan serta berdasarkan evaluasi dan kajian visi-misi oleh tim pengembang visi-misi Yayasan Perguruan Kristen Harapan, maka visi sekolah yang awalnya “Unggul dalam mutu dan pelayanan, teguh dalam iman, berbudaya serta berwawasan lingkungan” diganti menjadi “Berkualitas dan berdaya saing global.”Perubahan visi ini melihat urgensi kesesuaian visi-misi dengan kondisi, tuntutan, dan pemenuhan kebutuhan pendidikan di Sekolah Harapan. Dengan visi ini diharapkan semua unit Sekolah Harapan berkualitas dan mampu berdaya saing secara global dari segala sisi.
Meskipun terjadi berbagai perubahan, namun SMA Kristen Harapan tetap menunjukkan berbagai prestasinya di berbagai bidang dari tingkat kota, provinsi, nasional, bahkan internasional, sehingga tetap eksis di tengah-tengah masyarakat.
Dan sesuai dengan regulasi di Data Pokok Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, maka nama sekolah menyesuaikan menjadi SMAS Kristen Harapan. Nama ini digunakan sejak Tahun Pelajaran 2024/2025.